Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MEMBANGUN PERDESAAN SEHAT DI DUSUN MUNTIGUNUNG, DESA TIANYAR BARAT, KARANGASEM - BALI



MEMBANGUN PERDESAAN SEHAT DI DUSUN
MUNTIGUNUNG, DESA TIANYAR BARAT,
KARANGASEM - BALI
Oleh Casmudi, S.AP




“Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu untuk hidup sehat, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya” (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan) 

            Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Agar mencapai hasil yang maksimal, maka pemerataan pembangunan di Indonesia dilakukan dengan melakukan percepatan pembangunan di segala sektor. Salah satunya adalah keberhasilan pembangunan di sektor kesehatan yang ditandai dengan adanya kenaikan kualitas kesehatan. Oleh sebab itu, percepatan pembangunan yang berbasis pada Perdesaan di Daerah Tertinggal merupakan solusi yang baik untuk meningkatkan kualitas kesehatan di seluruh Indonesia. Peningkatan kualitas kesehatan di seluruh daerah tertinggal dimaksudkan untuk memperkecil kesenjangan pembangunan. Dengan kata lain, pencapaian kesejahteraan masyarakat secara merata di bidang kesehatan  menjadi sebuah keniscayaan.
Pengembangan Perdesaan Sehat
Masih banyaknya perdesaan di seluruh Indonesia yang belum memenuhi standar kesehatan menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Indonesia. Oleh sebab itu, Pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan adanya program Perdesaan Sehat. Apa yang dimaksud dengan Perdesaan Sehat itu? Perdesaan Sehat adalah suatu kebijakan yang disertai dengan instrumen koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal dalam kerangka mempercepat keterjangkauan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas Berbasis struktur kependudukan serta mempercepat keberdayaan masyarakat dalam pembangunan kualitas kesehatan di wilayah perdesaan. Dua misi tersebut memandu arah kebijakan Perdesaan Sehat untuk “penajaman” prioritas pembangunan pada peningkatan ketersediaan insfrastruktur dan kapasitas lembaga kesehatan di perdesaan dengan memprioritaskan pada keterjangkauan atas fungsi faktor-faktor utama kualitas kesehatan.
Perlu diketahui, bahwa sasaran prioritas lokasi yang telah ditetapkan bagi pelaksanaan pembangunan Perdesaan Sehat adalah sebanyak 158 Kabupaten daerah tertinggal yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kurang dari 72,2 sekaligus kompositnya pendukungnya berupa indeks kualitas kesehatan yang diwakili dengan Angka Harapan Hidup (AHH) yang kurang dari 68,8 (Susenas tahun 2010 sebagai “base line”). Selanjutnya, berdasarkan data dari 158 Kabupaten tersebut, terdapat 2491 wilayah perdesaan (wilayah kerja Puskesmas), 24.095 Desa dan 10.759.005 Rumah Tangga. Pemerintah Indonesia berharap agar seluruh sasaran baik fokus dan lokasi pembangunan Perdesaan Sehat akan tercapai pada tahun 2025 nanti. Dengan demikian maka secara langsung akan bermuara pada pencapaian visi Indonesia tahun 2025 berdasarkan Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, khususnya pada aspek kesehatan.  Ada lima (5) syarat penting sebagai sasaran kondisi yang harus dimiliki agar memenuhi kriteria sebagai Perdesaan Sehat. Syarat-syarat tersebut adalah tersedianya: 1) Dokter Puskesmas; 2) Bidan Desa; 3) Air bersih; 4) Sanitasi bagi setiap rumah tangga; serta 5) Gizi seimbang terutama bagi setiap ibu melahirkan, ibu menyusui, bayi dan balita. Sedangkan, 5 syarat tersebut juga harus memenuhi aspek ketersediaan, keterjangkauan, keberterimaan dan berkualitas.
Tersedianya Dokter Puskesmasdan Bidan Desa dalam perdesaan sehat sangat vital karena  memiliki tugas dan fungsi sebagai pelaksana utama upaya pelayanan kesehatan dasar.  Pencapaian kerja Dokter Puskesmas dan Bidan terletak pada enam (6) kegiatan dasar (Basic Six) Puskesmas yaitu; 1) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; 2) Promosi Kesehatan; 3) Pelayanan KIA dan KB; 4)Kesehatan Lingkungan; 5) Perbaikan Gizi Masyarakat; dan 6) Pengobatan. Sedangkan tersedianya pembangunan sarana air bersih, sanitasi maupun gizi seimbang di perdesaan secara sinkron, sinergis dan terintegrasi sangat diharapkan guna  mempercepat pencapaian kualitas kesehatan masyarakat (Angka Harapan Hidup/AHH) yang setinggi-tinginya. Apalagi, kondisi tersebut juga sekaligus mendukung pencapaian target MDG’s yang menjadi komitmen dunia pada tahun 2015 mendatang.
Tercapainya Perdesaan Sehat juga sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan berdasarkan amanah Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Untuk mencapai kesuksesan kebijakan Perdesaan Sehat, maka diperlukan strategi pencapaian sasaran pembangunan Perdesaan Sehat yang diutamakan pada peningkatan komitmen, kebijakan dan pengalokasian sumber daya pembangunan kesehatan yang lebih berpihak secara proporsional dengan beban kerja masing-masing kabupaten daerah tertinggal di seluruh Indonesia.  Sesuai amanat Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014, yang menegaskan bahwa untuk melaksanakan Prioritas Pembangunan Nasional, Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik bersama 13 Kementerian dan Lembaga yang dikoordinasikan olah Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan.




Dusun Muntigunung, Daerah Tertinggal di Provinsi Bali
Pulau Bali merupakan surga pariwisata baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keindahan alam dan budayanya sangat menggoda bagi para wisatawan untuk berkunjung. Pembangunan di Bali pun berkembang sangat cepat, karena dipengaruhi oleh sektor pariwisata. Tetapi, gemerlap Bali ternyata menyisakan masalah yang besar dalam pemerataan pembangunan. Pembangunan yang terkesan njomplang (tidak seimbang) antara Bali Selatan dan Bali Utara memberikan andil masih banyak masyarakat miskin atau daerah tertinggal. Kondisi tersebut sangat mengganggu Pemerintah Provinsi Bali. Oleh sebab itu, Pemerintah Provinsi Bali bersikeras untuk memberantas daerah tertinggal. Salah satu daerah tertinggal tersebut terletak di Pemerintah Kabupaten Karangasem.




Fenomena menarik yang perlu ditelusuri adalah keberadaan Dusun Muntigunung. Dusun Muntigunung merupakan sebuah Desa Pakraman (Desa Adat) yang terletak di Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Wilayah Muntigunung terletak kurang lebih 45 km sebelah timur dari Kota Singaraja atau 50 km utara kota Amlapura (Ibukota Karangasem). Sejak tahun 1980-an, Dusun Muntigunung terkenal secara nasional dan internasioanal sebagai gudangnya gelandangan dan pengemis (gepeng). Kebiasaan menggepeng dilakukan karena keadaan ekonomi masyarakat yang sangat rendah. Perlu diketahui, bahwa kebiasaan menggepeng pada awalnya adalah tukar menukar barang, antara hasil bumi yang ada di Dusun Muntigunung, seperti: gula aren, kayu cendana yang sudah dicincang, garam dan dibawa ke suatu daerah untuk ditukar dengan kebutuhan sehari-hari seperti: beras. Namun, pada kenyataanya kebiasaan tersebut berangsur-angsur hilang secara bertahap, dan pergi menggepeng tanpa membawa barang bawaan.




Memasuki Dusun Muntigunung memang mudah dijangkau, karena akses jalan sudah diaspal. Setelah kita mencapai Desa Tianyar Barat, dari ruas jalan raya Singaraja-Amlapura, kita bergerak ke atas atau arah Gunung Agung. Jika kita berkunjung pada musim kemarau seperti sekarang ini, kita akan disuguhi pemandangan dataran tinggi berbatu dan mengeringnya pepohonan. Bebagai piaraan pun dibiarkan bebas, seperti babi dan kambing. Kondisi sungai pun sudah mengering, karena kurangnya sumber mata air.







            Kondisi Dusun Muntigunung mengundang perhatian sejumlah pihak, karena mempunyai berbagai permasalahan yang harus dipecahkan agar menjadi perdesaan sehat. Kondisi yang mencolok dari Dusun Muntigunung jika dibandingkan dengan semua desa dibagian selatan Gunung Agung adalah Tingkat Pendidikan sebagian besar masyarakatnya masih rendah (tidak tamat SD). Kondisi yang masih menjadi permasalahan adalah seperti orang luar kesulitan untuk berinteraksi, karena sebagian besar masyarakatnya tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia, sebagian besar buta aksara, akses pendidikan rendah, akses kesehatan sulit, sebagian besar tenaga potensial keluar untuk mencari pekerjaan sehingga yang menghuni desa hanya anak-anak dan orang jompo. Aktifitas di Dusun Muntigunung  nyaris tidak tampak dan akan ramai ketika ada kegiatan upacara keagamaan karena semua masyarakat yang beraktifitas diluar desa pulang.


            Hingga saat ini, kebiasaan menggepeng masih terjadi, padahal Pemerintah Kabupaten Karangasem sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menekan angka gepeng. Banyak faktor yang menyebabkan kebiasaan menggepeng masih saja terjadi, yaitu:  Faktor Geografis, Faktor Demografi, Faktor Ekonomi, dan Faktor Sosial Budaya. Melihat dari Faktor geografis, dimana secara geografis wilayah Dusun Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem merupakan wilayah pertanian yang mengandalkan curahan air hujan sekali dalam setahun, sehingga hasil dari bertani belum dapat mencukupi kebutuhan hidup warga sehari-hari. Akhirnya, lahan garapansedikit, serta lapangan pekerjaan selain sebagai petani tidak ada. Dari sisi Faktor Demografi, kondisi sumber daya manusia yang ada di Dusun Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem relatif sangat rendah. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan yang sangat rendah. Apalagi tingkat ketrampilan masyarakat yang dimiliki juga sangat rendah. Sedangkan jika dari Faktor Ekonomi, kondisi ekonomi masyarakat Dusun Muntigunung sangat rendah karena disebabkan oleh faktor geografis dan tingkat pengetahuan warga rendah, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Serta, Faktor Sosial Budaya, kebiasaan menggepeng yang dilakukan warga Dusun Muntigunung bukan merupakan sebuah tradisi yang dianggap kebanyakan orang, melainkan karena rendahnya mental masyarakat yang dimiliki serta akibat dari tingkat pendidikan yang rendah.
Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan di Dusun Muntigunung belum terintegrasi secara sistemik, memberdayakan dan berkelanjutan. Oleh sebab itu, siklus pembangunan yang partisipatif dengan melibatkan masyarakat seoptimal mungkin perlu dilakukan sehingga perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi pembangunan yang dijalankan di wilayah ini benar-benar harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tepat dengan kondisi wilayah. Permasalahan lain yang ikut menyumbang kondisi Dusun Muntigunung adalah karena akibat dari Pemerintah Kabupaten Karangasem yang belum serius untuk mengelola potensi pertanian. Persoalan jenis bibit apa yang tepat kemudian bagaimana pemeliharaannya cenderung diabaikan. Potensi di sektor kelautan, perikanan termasuk kerajinan yang cukup besar juga tidak dikelola dengan baik seperti potensi taman laut Tulamben yang sudah dikenal dunia sebagai salah satu yang terbaik. Sektor kerajinan, belum dikembangkan potensinya. Karena keseluruhan potensi tersebut belum bisa memberikan hasil yang maksimal dalam bidang pemberdayaana ekonomi rakyat memberikan dampak ekonomi  masyarakat Karangasem hingga saat ini belum beruntung. Akhirnya, pilihan untuk  mendapatkan penghidupan dengan jalan yang mudah, seperti menjadi gepeng menjadi hal biasa untuk dijalankan. Permasalahan lain yang tidak kalah menariknya adalah kebutuhan akan air bersih. Apalagi, di saat musim kemarau, kebutuhan akan air bersih sangat penting sekali dan jika membeli sangat mahal harganya.




Pelayanan Perdesaan Sehat
Peranan desa adat dalam menanggulangi gepeng dengan seruan kepada warga untuk menyekolahkan anak-anak yang usia sekolah, yang disampaikan secara berkala dan berkelanjutan setiap pelaksanaan upacara yadnya di Pura Kahyangan Tiga dan Desa oleh Prajuru Desa Pakraman, direspon positif oleh warga. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah siswa di Sekolah Dasar setempat semenjak tiga tahun terakhir. Terlebih lagi dengan telah dibukanya sekolah velial di kantong-kantong gepeng, walaupun tempat pembelajaran dilakukan ditempat yang sangat darurat dengan beratapkan terpal atau menggunakan balai kelompok yang seadanya. Aktivitas lain adalah pengentasan buta aksara, peningkatan pendidikan TK, SD, SMP, SMA/SMK dan perguruan tinggi serta pembinaan spiritualitas generasi muda yang dilakukan dengan: 1) Pendataan buta aksara dan pendampingan pendidikan informal terpadu pengentasan buta aksara dan keterampilan hidup dalam kelas-kelas satelit (melibatkan mahasiswa KKN); 2) Pemberian beasiswa untuk anak putus sekolah (SD, SMP dan SMA/SMK); dan 3) Persembahyangan bersama dan ceramah agama ke sekolah-sekolah, dan karang taruna.




Usaha Desa Adat memang bertujuan agar masyarakat memahami tentang pengetahuan pemberdayaan desa, seperti perwujudan perdesaan sehat. Pemerintah Kabupaten Karangasem  berusaha untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Akhirnya, di Desa Tianyar Barat yang menaungi Dusun Muntigunung dibangun sebuah Puskesmas dengan tersedianya pelayanan Dokter Puskesmas dan Bidan Desa.





Sebagai informasi, bahwa  tanggal 26 Mei 2010 telah dilakukan diseminasi hasil survey Fakultas Kedokteran Unud yang dihadiri pemerintah daerah setempat, bidan dan tenaga kesehatan dari Puskesmas setempat, LSM yang bekerja di wilayah tersebut dan perwakilan dari DPRD serta dari akademisi Unud diketahui bahwa beberapa masalah kesehatan yang teridentifikasi di Dusun Muntigunung, di antaranya: 77% penolong persalinan adalah suami, kematian bayi pada tahun 2008 relatif tinggi (78.9%), konsumsi garam beryodium hanya 3%, tingkat kesakitan anak balita 55%, malnutrisi tinggi, kesehatan perorangan sangat rendah, hanya 18% merebus air sebelum diminum, akses jalan sangat sulit, open defecation (BAB di sembarang tempat) masih tinggi, pelayanan kesehatan sangat terbatas karena keterbatasan tenaga kesehatan dan jadwal yang tidak rutin, kurangnya informasi mengenai pelayanan kesehatan gratis, dan masih banyak permasalahan lainnya.
Dari hasil survey tersebut juga memberikan gambaran, bahwa tindakan yang dilakukan usaha yang memfokuskan pada upaya peningkatan kesehatan melalui perbaikan kondisi hidup (living condition), perbaikan asupan nutrisi, peningkatan pengetahuan dan perbaikan perilaku serta peningkatan akses pelayanan kesehatan. Diundang juga beberapa LSM seperti Yayasan I’m and Angel dan Yayasan Ecoturin memberikan beberapa contoh program yang telah berhasil mereka terapkan di Dusun Muntigunung dan dusun sekitarnya. Sedangkan LSM SurfAid mengangkat kesuksesan pendekatan Community Lead Total Sanitation (CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di daerah Sumatera untuk mengurangi open defecation dan meningkatkan perilaku cuci tangan.
Karena kondisi alam Dusun Muntigunung sering mengalami kekeringan yang berkepanjangan di musim kemarau, maka kebutuhan akan air bersih sangat vital. Banyak warga yang mengais air bersih seadanya di sungai-sungai yang jaraknya puluhan kilometer. Melihat keadaan seperti ini, maka pihak Pemerintah Kabupaten melalui desa berusaha untuk membangun cubang sebagai tempat penyimpanan air permanen dalam menghadapi krisis air bersih. Apalagi, di Dusun Muntigunung telah dibangun mesin pengolahan air bersih yang menggunakan tenaga surya. Perlu diketahui, bahwa tujuan umum pembangunan sektor air minum adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan air minum berkelajutan. Berkelanjutan dalam konteks di sini dapat diartikan sebagai upaya dan kegiatan penyediaan air minum yang dilakukan untuk memberikan manfaat dan pelayanan kepada masyarakat pengguna secara terus mnerus. Oleh sebab itu, beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk menuju pembangunan air minum yang berkelanjutan adalah: 1) Keberlanjutan aspek pembiayaan; 2) Keberlanjutan aspek teknik; 3) Keberlanjutan aspek lingkungan hidup; 4) Keberlanjutan aspek kelembagaan; dan 5) Keberlanjutan aspek sosial.




Tingkat pendidikan yang rendah, maka kesadaran warga Dusun Muntigunung terhadap sanitasi juga masih rendah. Kondisi tersebut pernah mengundang perhatian PS IKM Unud. Mereka melakukan review terhadap program clean water supply yaitu perbaikan cubang keluarga dan pembuatan cubang kelompok yang telah dilakukan oleh YDMA dan YDD sejak tahun 2006 pada 7 kelompok masyarakat dari total 35 kelompok yang ada. Tujuan review pada tahun 2009 tersebut adalah untuk melihat apakah program tersebut dapat mencapai target yang diinginkan dan dapat memberi masukan kepada pelaksaanaan program selanjutnya. Dari studi tersebut diketahui bahwa program tersebut telah berhasil mencakup 89% masyarakat untuk memperoleh air setidaknya 25 ltr/org.hari. Kita memahami bahwa konsumsi air bersih tersebut masih jauh dari konsumsi rata-rata penduduk kota yaitu 120 ltr/org.hari atau konsumsi hotel yaitu 600-1500 ltr/org.hari. Manfaat program tersebut juga berhasil mengurangi waktu dan pengeluaran yang diperlukan masyarakat untuk memperoleh air bersih.




Upaya penguatan komponen supply STBM di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali diselenggarakan oleh Yayasan Vereijn Zukunft Fur Kinder (VZK) pada 10-13 April 2013.Yayasan Vereijn Zukunft Fur Kinder (VZK) merupakan salah satu lembaga yang berkomitmen tinggi dalam implementasi STBM di Provinsi Bali.Yayasan tersebut memiliki wilayah intervensi di Dusun Muntigunung Desa Tianyar Barat Kecamatan Kubu. Yayasan VZK menerapkan pendekatan CLTS di dusun tersebut mulai pertengahan tahun 2011 melalui pendampingan intensif pada masyarakat.Pada tahun 2013, Yayasan VZK mulai memperkuat komponen supply dengan bekerjasama dengan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (PS-IKM) Universitas Udayana. Kegiatan penguatan komponen supply meliputi rapid assessment pasar sanitasi, pelatihan wirausaha sanitasi dan pendampingan pasca pelatihan.
Yayasan Verein Zukunft für Kinder (VZK) pernah mengajaknya untuk memicu di Kelompok Cangkeng Dusun Muntigunung Desa Tianyar Barat Kec. Kubu yang merupakan pilot program STBM yang dijalankan yayasan tersebut.Dari yang 31 KK tanpa akses jamban. Hingga kemudian satu per satu warga membangun dan menggunakan jamban cemplung tertutup dan leher angsa. Masyarakat juga diajarkan dalam pengelolaan terhadap semua sampah rumah tangga. Selanjutnya, kontribusi jalinan kerjasama antara tenaga kesehatan dengan Dinas Kebersihan Perkotaan (DKP) untuk pengelolaan sampah plastik sangat penting. Masyarakat juga diajarkan untuk melakukan pengolahan terhadap sampah organik menjadi sesuatu yang berguna, misalnya kompos.
 



Peran tenaga kesehatan dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat hidup sehat tidak dipandang sebelah mata.Pengenalan gizi bagi ibu-ibu menyusui, melahirkan, bayi dan balita pun dilakukan secara intens. Pengenalan gizi diimplementasikan dengan melakukan aktivitas peningkatan ketahanan pangan dan pembinaan keluarga harapan dan keluarga miskin. Hal ini dilakukan dengan: 1) pendampingan keluarga miskin/harapan dalam peningkatan gizi keluarga secara mandiri; dan 2) gerakan efisiensi penggunaan air dan penggunaan air limbah rumah tangga untuk membantu penghijauan pekarangan dengan tanaman pangan bergizi. Atas prestasi kerja kerasnya tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang hidup sehat di wilayah Kecamatan Kubu yang melingkupi Dusun Muntigunung, mengantarkan sosok perempuan Ni Ketut Puspawati, SST, yang keseharian hidupnya melakoni bidang kesehatan masyarakat sebagai tenaga kesehatan gizi di Puskesmas Kubu II, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, mengantarkan dirinya melenggang menuju Istana Negara, Jakarta menerima penghargaan tingkat nasional dari Pemerintah Indonesia sebagai Tenaga Kesehatan Teladan 2013. Bahkan, tahun sebelumnya yaitu: tahun 2012 lalu, Puskesmas Kubu II juga menelorkan prestasi tingkat nasional Tenaga Kesehatan Masyarakat atas nama Ni Made Desy Suarmini.




Penanaman sayuran dalam pot merupakan solusi yang baik untuk meningkatkan gizi keluarga. Pemanfaatan pengelolaan pohon aren menjadi gula dan jambu mete juga mampu mendongkrak gizi keluarga dan penghasilan. 



              Upaya penanaman pohon keras yang bisa menambah gizi dan penghasilan juga diberdayakan. Kita ketahui, bahwa pada tanggal 25 Oktober 2013 Presiden RI dan Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono berkesempatan untuk meresmikan dan meninjau Taman Pintar di Dusun Muntigunung. Di sela-sela kunjungannya, sang Presiden RI dan Ibu Negara berkesempatan untuk menanam pohon mangga madu di halaman kiri Taman Pintar tersebut.  







Kondisi Dusun Muntigunung juga mengundang perhatian pemerintah luar negeri. Pemerintah Swiss siap membantu Pemerintah Daerah Bali dalam mengatasi kekeringan di Dusun Muntigunung. Bantuan pemerintah Swiss tersebut akan dilakukan melalui Yayasan Masa Depan untuk Anak-Anak. Kesiapan Pemerintah Swiss ini disampaikan Konsul Kehormatan Swiss Jon. P. Zurcher setelah bertemu dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Hingga kini dana yang telah diberikan pemerintah Swiss mencapai 1,5 juta dollar Amerika. Program pengadaan air bersih yang dilakukan pemerintah Swiss menggunakan air hujan yang ditampung dan kemudian diolah sebagai air bersih. Selain proyek pengadaan air bersih, pemerintah Swiss juga membantu melakukan pemberdayaan sumber daya manusia dengan mengajarkan masyarakat bercocok tanam. Dua tanaman yang sedang dikembangkan di Dusun Muntigunung, yaitu: Rosella dan kacang mete. Konsul Kehormatan Swiss Jon. P. Zurcher mengatakan, “Bila tidak ada air maka tidak ada pekerjaan, maka tidak ada pemasukan, dengan program ini diharapkan dapat membantu masyarakat Muntigunung".
Sekarang, kondisi Dusun Muntigunung berangsur-angsur mulai membaik. Pencapaian tentang syarat-syarat perdesaan sehat pun lambat laun mulai timbul. Semua itu, berkat kerja sama semua pihak. Apalagi, kedatangan Presiden RI dan rombongannya ke Dusun Muntigunung memberikan perhatian pihak nasional dan internasional untuk memberikan bantuan dalam percepatan  pembangunan di bidang kesehatan. Dengan demikian, perwujudan perdesaan sehat pun bisa berhasil dengan maksimal.



Referensi:
Bali Post. 2003. Dari Dialog Pemberdayaan Ekonomi Karangasem - Belum Serius Kelola Potensi yang Ada. Diambil dari http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/10/16/b15.htm
Bali Post. 2007. Desa Pakraman Munti Gunung-Krisis Air, Banyak Warga Menggepeng. Diambil dari http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/12/10/bud1hl.htm.
Doeniaketjil.blogspot.com. (2013).Pejuang Sanitasi dari Pelosok Bali. Diambil dari http://doeniaketjil.blogspot.com/2013/09/pejuang-sanitasi-dari-pelosok-bali.html
Hamidi, Hanibal. 2014. Ketua PB NU: BPJS Harus Kerjasama Dengan Tenaga Kesehatan- perdesaansehat.com. Diambil dari http://perdesaansehat.com/2014/03/
Kmberugakdese.2014. Munti Gunung yang dikenal dengan sebutan desa Gepeng (Gelandangandan Pengemis). Diambil dari http://kmberugakdese.wordpress.com/2014/08/31/munti-gunung-yang-dikenal-dengan-sebutan-desa-gepeng-gelandangan-dan-pengemis/
Kompas.com. 2008. Warga Karangasem Kesulitan Air Bersih. Diambil dari http://lipsus.kompas.com/grammyawards/read/2008/07/28/17103160/Warga.Karangasem.Kesulitan.Air.Bersih
Media UNUD. 2010. Diseminasi & Workshop Hasil Survey Kesehatan Dasar Dusun Muntigunung, Karangasem. Bali, Universitas Udayana, Edisi ke-26, juni 2010.
Pos Bali. 2014. Kesulitan Air, Waga Munti Gunung Memilih Tidak Mandi. Diambil dari http://posbali.com/kesulitan-air-waga-munti-gunung-memilih-tidak-mandi/
Sadia, I Wayan, dkk. 2013. Laporan Akhir IPTEK Bagi Wilayah (IbW)-IbW Muntigunung  dan Pedahan. Singaraja:Kerja Sama antara LPM Universitas Pendidikan GANESHA, LPPM Universitas Mahasaraswati, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem, Desember 2013.
Said, Nusa Idaman & Yudo, Satmoko.(2011). Masalah dan Strategi Penyediaan Air Bersih di Indonesia.
Stbm-indonesia.org. 2013.Penguatan Komponen Supply Di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Diambil dari  http://stbm-indonesia.org/?page=berita& command =detail&id1=6672
Yasa, Ni Luh Sri, dkk. 2013. Peranan Desa Adat Dalam Menanggulangi Gepeng  Asal  Dusun Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten  Karangasem.

Tag: PerdesaanSehat 
       Muntigunung

Blog ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Perdesaan Sehat tahun 2014 

Post a Comment for "MEMBANGUN PERDESAAN SEHAT DI DUSUN MUNTIGUNUNG, DESA TIANYAR BARAT, KARANGASEM - BALI"