Batik Indonesia
#BatikIndonesia Mencintai Batik: Antara
Saya dan Presiden
Batik membutuhkan teknik dan
ketelitian yang tinggi untuk
menghasilkan yang terbaik (Sumber: liputan6.com)
"Tipikal
orang kita kalau diberi pesaing, baru bangun. Dihadapkan pada persoalan, baru
bangkit. Dulu batik tidak ada yang pakai, tapi begitu ada negara lain yang
pakai, semua pakai batik" (Presiden Jokowi)
Kalimat
peringatan dari orang nomor satu negeri ini sungguh menggugah perasaan kita. Benar,
orang kita memang terbiasa tidak peduli dengan kekayaan budaya yang tersebar
seantero negeri. Ketika kebuyaan bangsa kita diakui bangsa lain, kita baru bangun,
sadar, bahkan marah terhadap bangsa lain. Kita tidak perlu marah, karena
kesalahan ada pada bangsa kita sendiri. Berapa banyak kekayaan budaya kita yang
diakui negeri jiran Malaysia, dari Tari Reog Ponorogo hingga batik.
Kita
selalu terlena dalam zona kenyamanan. Kita beranggapan tidak perlu memupuk
betapa kayanya budaya kita yang bernilai seni tinggi. Kita diam seakan tertidur
dalam mimpi yang indah. Kita berpikiran kecil, buat apa mengurusi hal yang
remeh-temeh yang tidak bisa memberikan keuntungan. Toh, budaya kita dalam keadaan baik-baik saja. Namun, berbeda
dengan negara lain, bahwa mereka benar-benar menyadari bahwa kekayaan budaya harus
dipupuk sebagai aset wisata bernilai tinggi dan diperkenalkan terhadap semua
generasi. Bahkan, negara lain tidak segan-segan menggelontorkan banyak uang
untuk mempromosikan kekayaan budaya. Itulah sebabnya, negara lain begitu iri
dengan betapa ragamnya kekayaan budaya kita.
Berbagai
cara dilakukan agar kekayaan budaya kita bisa menjadi miliknya. Mereka berusaha
semaksimal mungkin dan dengan strategi apapun untuk mendapatkan hak
intelektualnya. Sementara, negeri kita yang dianugerahi ribuan kekayaan budaya
begitu apatis untuk mengembangkannya.
Ketika, salah satu budaya kita diakui oleh negara lain, kita baru sadar dan
bangun dari tidur panjangnya. Kita menyadari bahwa kekayaan budaya yang kita
punya mempunyai nilai seni tinggi. Batik, salah satu kekayaan budaya neneng
moyang merupakan salah satu contoh yang kita anaktirikan.
Benar,
apa yang dikatakan oleh Presiden Jokowi. Tipikal orang kita adalah bangun
ketika orang lain berusaha untuk memiliki kekayaan dan menjadi pesaing kita.
Kita harus dipecut dulu, baru berlari. Dulu, memakai batik adalah tradisi yang
kuno. Sekarang, setelah batik mendapatkan tempat di hati masyarakat. Banyak
orang yang berusaha menunjukan jati dirinya bahwa batik adalah “milik kita”.
Batik, Warisan Adiluhung
Kita perlu memahami
bahwa batik merupakan warisan budaya sejak dahulu. Bahkan, sejarah pembatikan
di negeri kita berkaitan
dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak
dilakukan pada masa-masa
kerajaan Mataram, kemudian
pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Karena batik merupakan
kebudayaan raja-raja pada masa itu, maka seni batik dikerjakan hanya terbatas
dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian
raja dan keluarga
serta para pengikutnya.
Wanita sedang membatik (Sumber:
jendelaberita.com)
Namun, berkembangnya
waktu menunjukan bahwa seni batik banyak ditiru oleh rakyat biasa bukan hanya
untuk keluarga istana saja. Lanjut, batik telah menjadi milik rakyat
Indonesia dan khususnya
suku Jawa ialah setelah akhir
abad XVIII. Sedangkan, seni batik yang dihasilkan adalah semuanya batik tulis
sampai awal abad XX. Adapun, batik model cap dikenal setelah usai
perang dunia I
atau sekitar tahun
1920. Hasilnya, kini batik sudah
manjadi tradisi masyarakat Indonesia. Bahkan, Presiden Soeharto pernah
memperkenalkan batik di dunia saat Konferensi PBB.
Sekarang, kita telah
mengenal ragam batik yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Dan motif batik yang
ada menunjukkan ciri khas daerahnya. Batik Solo merupakan batik yang mempunyai kurang lebih 5 (lima)
motif yang dikenal masyarakat, seperti: motif sido asih, motif ratu ratih,
motif parang kusuma, motif bokor kencana, dan motif sekar jagad. Jika kita
ingin berkunjung ke pusat batik, maka kita bisa berkunjung ke daerah sentral
batik Kota Solo yang berada di kampung Laweyan. Sedangkan, batik Jogja juga
mempunyai kurang lebih 5 (lima) motif batikJogja yang dikenal, yaitu motif kawung, motif parang kusumo, motif truntum, motif
tambal, dan motif pamiluto. Berbeda dengan batik Pekalongan yang dikenal dengan
tipikal batik daerah pesisir yang kaya akan warna, bahkan dikombinasikan sekitar 10 warna sehingga terkesan atraktif dan
dinamis.
Upaya
untuk memperkenalkan batik ke masyarakat Indonesia agar mencintai batik sebagai
budaya adiluhung telah dilakukan oleh banyak pihak. Sejak tahun 2009,
Pemerintah Indonesia pada saat pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono
mengharuskan pegawai instansi Pemerintah dan BUMN untuk mengenakan batik setiap
hari Jumat. Bahkan, dalam perjalanannya, perusahaan swasta pun banyak yang
menganjurkan pegawainya untuk mengenakan batik tersebut.
Kita juga patut
berbangga, karena batik telah diakui sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the
Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh Organisasi
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan, UNESCO. Sebagai rasa suka
cita, maka Pemerintah Indonesia menetapkan setiap tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Kepedulian tentang
budaya batik pun direspon semangat oleh Presiden RI Jokowi yang dibuat dalam status
akun media sosialnya, Twitter dan Facebook.
Status
Presiden Jokowi di akun media (Sumber: twitter/facebook)
Dengan
diakuinya batik sebagai warisan dunia oleh UNESCO, maka tidak ada satu pun
negara lain yang cawe-cawe alias
mengakui batik sebagai peninggalan budayanya. Kondisi tersebut tentunya perlu
direspon baik oleh masyarakat Indonesia. Langkah awal untuk mengenalkan batik
ke pentas dunia adalah membuat diri kita mencintai batik terlebih dahulu.
Membuat seni batik menjadi sebuah tradisi yang akan diwariskan ke semua
generasi. Kita juga perlu aktif dalam membuat inovasi batik sesuai dengan
perkembangan jaman.
Saya dan Presiden
Dalam
hal mencintai seni batik, saya tidak jauh berbeda dengan Bapak Presiden Jokowi.
Saya merasa lebih nyaman ketika memakai batik. Bahkan, dalam kondisi formal
maupun santai. Ketika saya masih menjadi karyawan perusahaan swasta, setiap
hari Jumat dan Sabtu mengenakan baju batik. Saya merasa lebih “njawani” (orang
Jawa) dan “Indonesia Banget”.
Pada saat presentasi lomba menulis di
Kota Balikpapan Kalimantan Timur yang diadakan oleh sebuah perusahaan migas,
saya juga lebih nyaman dan trendi dengan mengenakan batik khas Solo. Bukan
hanya itu, dengan mengenakan batik mampu menunjukan jati diri kita. Saya merasa
bahwa batik sudah seperti teman dalam berbagai kegiatan resmi dan santai.
Saya memakai batik saat
presentasi lomba menulis tentang migas di sebuah hotel di Kota Balikpapan,
Kalimantan Timur bulan Juni 2015
(Sumber: dokumen pribadi)
Ketika menghadiri
diskusi publik dalam acara peluncuran buku “Cakap Bermedia Sosial” yang
diadakan oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi RI (Kominfo RI) tanggal 27
Mei 2016 di Kota Yogyakarta, saya juga lebih asyik mengenakan batik. Saya
merasa risih ketika menghadiri sebuah acara yang menurut saya pribadi adalah
acara resmi atau setengah resmi dengan mengenakan baju kaos atau kemeja biasa. Karena,
batik juga mencerminkan karakter kita di mata orang lain.
Saya berusaha untuk
menempatkan diri dan menghormati “tuan rumah” yang mempunyai acara. Kecuali,
jika ada rambu-rambu atau anjuran dari panitia acara bahwa dress code (kode etik
berpakaian) yang diharapkan adalah bebas. Meskipun demikian, saya berusaha
untuk memakai kemeja batik lengan pendek agar merasa lebih santai.
Saya memakai batik saat diskusi
publik tentang Cakap Bermedia Sosial yang diadakan oleh Kementrian Kominfo RI
di Yogyakarta, 27 Mei 2016
(Sumber: dokumen pribadi)
Dulu,
batik hanya dikenakan pada saat-saat resmi saja seperti acara pernikahan,
menghadiri kegiatan resmi dan lain-lain. Bahkan, pemakainya adalah orang dewasa
atau yang sudah berkeluarga. Jarang anak muda yang mau mengenakan batik pada
acara-acara yang dianggap resmi. Banyak mereka yang mengenakan kaos atau kemeja
biasa agar terlihat lebih santai. Padahal, dengan mengenakan batik mampu
memberikan aura wibawa seseorang. Kata pepatah Jawa, “Ajining diri ono ing
kedaling lathi, ajining rogo ono ing busono”. Harga diri seseorang ada pada
cara berbicara, harga sebuah penampilan ada pada cara berpakaian.
Saya
mencintai batik bukan hanya pada saat acara resmi saja. Pada saat menghadiri
sebuah acara yang terkesan santai, seperti diskusi tentang suatu masalah dengan
orang-orang yang belum pernah bertemu sebelumnya tidak lupa mengenakan batik. Waktu
menghadiri acara diskusi tentang tindakan kekerasan dan pelecehan seksual
terhadap anak-anak dengan narasumber
pengamat anak Kak Seto dan kru film Angeline dan penulis skenario, saya
berusaha untuk mengenakan batik. Batik yang saya pakai adalah batik khas
Bengkulu. Kebetulan, saya juga melihat Kak Seto sendiri mengenakan batik dengan
dominasi warna merah dan oranye. Saya merasa bahwa memakai batik sudah menjadi
tradisi yang mampu menjaga budaya bangsa.
Saya memakai batik Bengkulu saat
diskusi tentang perfilman bersama
Kak Seto dan penulis film Angeline, Mbak “Lele” Lela
Kak Seto dan penulis film Angeline, Mbak “Lele” Lela
(Sumber: dokumen pribadi)
Saya
juga bersyukur bahwa Presiden RI sekarang ini sangat mencintai batik. Dengan
kata lain, Presiden Jokowi adalah seorang “Batik Lover”. Presiden Jokowi yang
asli Solo (Jawa tulen) begitu mencintai dan menjaga tradisi batik dalam
berbagai acara kenegaraan. Secara tidak langsung, saya bisa menyebut Presiden
Jokowi adalah seorang marketer batik
pada level G to G (Government to
Government). Negara lain akan penasaran ketika presiden kita mengenakan
batik. Karena, segala hal yang dipakai oleh public
figure yang juga seorang presiden (orang nomor satu RI) tentunya akan
menjadi sorotan. Itulah cara terbaik mengenalkan batik kepada negara lain.
Meskipun, masyarakat juga perlu mengenalkan batik kepada setiap negara di dunia
secara terus-menerus melalui berbagai macam event
bertaraf internasional.
Ada
hal yang menarik ketika Presiden Jokowi menghadiri KTT G20 di Brisbane Australia
tanggal 15-16 November 2014. Bapak Presiden RI dan Ibu Negara Iriana Jokowi
mengenakan batik sebagai kebanggaan dan identitas bangsa Indonesia. Perlu
diketahui bahwa batik yang dipakai oleh Presiden lebih terkesan resmi, namun
praktis. Cara mengenakannya pun tidak ribet seperti memakai jas safari. Justru,
dengan mengenakan batik akan mudah dikenali di pentas dunia bahwa yang
mengenakan adalah asli Indonesia.
Presiden Jokowi memakai batik
saat menghadiri KTT G20 di Brisbane,
Australia, tanggal 15-16 November 2014 (Sumber:
merdeka.com)
Betapa hebatnya batik
sudah diakui oleh masyarakat dunia. Batik menunjukan bahwa budaya bangsa yang
tetap terjaga hingga kini bukan hanya milik bangsa Indonesia saja. Dunia pun
begitu terpesona untuk mengenakannya. Sebut saja, pejuang apharteid yang juga mendiang Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela
begitu mencintai batik. Beliau mengenakannya ketika berkunjung ke Indonesia.
Presiden dan Ibu
Negara Iriana Jokowi ketika melakukan kunjungan kenegaraan di Googleplex di Silicon Valley,
California, Amerika Serikat tanggal 17 Pebruari 2016 kelihatan elegan dengan
batik yang dikenakannya. Kunjungan tersebut secara khusus untuk memberikan
apresiasi atas kerja keras Google mengatasi Illegal
Unreported and Unregulated (IUU) Fishing. Kedatangan Presiden Jokowi dan
rombongannya disambut oleh bos besar alias Chief
Executive Officer (CEO) Google Pichai Sundarajan atau yang lebih dikenal
dengan Sundar Pichai dengan mengenakan kemeja batik lengan panjang.
Saya pribadi beranggapan
bahwa batik sudah menjadi tren dunia. Bahkan, batik sudah merupakan identitas
resmi bangsa Indonesia yang diikuti bangsa lain. Oleh sebab itu pihak Google
ingin menghormati sang tamu dengan mengenakan pakaian yang menjadi ciri
khasnya. Apalagi, di perusahaan Google terdapat
IndoGooglers sebanyak 39
orang. IndoGooglers adalah Warga
Negara Indonesia yang bekerja di perusahaan Google.
Presiden
Joko Widodo disambut CEO Google Pichai Sundarajan (kanan) saat berkunjung ke
Googleplex di Silicon Valley, California, Amerika Serikat, 17 Pebruari 2016 (Sumber:
beritasatu.com/KBRI Washington)
Kecintaan
akan batik bukan hanya dimiliki oleh Presiden RI saja. Sang Ibu Negara juga kesengsem sama batik. Bahkan, kain batik
yang dipakainya pernah membuat terpesona tamu negara yaitu Pangeran Consort
Henrik dan Ratu Margrethe II di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara,
Jakarta Pusat pada tanggal 22 Oktober 2015. Keanggunan Ibu Negara Iriana Jokowi
dalam balutan batik pernah mendapat pujian yang datang langsung dari Ratu
Denmark Ratu Margrethe II. Bahkan, Ratu Denmark tersebut sampai perlu
menanyakan khusus batik Ibu Negara kepada Presiden Joko Widodo.
Ibu Negara Iriana Jokowi dengan
batiknya (Sumber: liputan6.com)
Tradisi mengenakan
batik bukan hanya dilakukan oleh saya dan Presiden Jokowi saja. Batik telah
menjadi balutan klasik warga dunia. Beberapa selebriti dunia pun mengenakan
motif cantik batik asal Indonesia. Salah satunya artis cantik Jessica Alba yang
sempat terlihat mengenakan gaun bermotif parang gringsing yang dipercaya
sebagai penolak sakit. Selain Jessica, ada juga Reese Witherspoon, Heidi Klum,
dan Dakota Fanning juga pernah tertangkap kamera mengenakan kain dengan
motif batik.
Industri Kreatif
Cara
pembuatan batik sejak berkembang di Indonesia telah mengalami pergeseran cara
pembuatannya. Dulu batik yang kita kenal adalah model batik tulis yang
membutuhkan waktu lama. Perkembangan jaman pun menuntut cara pembuatan batik
yang lebih praktis agar semua orang bisa memakainya. Oleh sebab itu, dibutuhkan
cara membatik yang lebih cepat. Maka, muncul batik model celup, canting, cap,
colet, printing yang bisa kita temui sekarang ini. Kita juga berharap agar
batik menjadi industri kreatif yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Bangkitnya industri batik di Indonesia memberikan peluang besar untuk bersaing
dengan industri sejenis di pasar global.
Berbagai jenis
proses pembuatan batik (Sumber: loops.co.id/diolah)
Seiring
dengan kemajuan jaman dan teknologi, maka batik pun mengalami inovasi yang
cepat. Banyak anak bangsa yang mampu menciptakan batik agar sesuai dengan
karakter si pemakai, tempat dan waktu. Yang menarik adalah munculnya batik yang
mempunyai motif tim bola kesayangan. Berbagai kesebelasan bola baik lokal
maupun internasional dibuat dalam sebuah seni batik yang mempunyai nilai
estetika yang tinggi.
Batik
juga dibuat dalam berbagai bentuk dan kombinasi baik untuk pria maupun wanita.
Sekarang, banyak model batik yang telah mengalami inovasi. Ada batik yang
dirancang khusus untuk ke pesta, casual
dan trendi. Bahkan, model batik pun dirancang tidak monoton, seperti batik
khusus untuk ke kantor pria dan wanita, batik khusus pria dan wanita agar lebih
maskulin dan feminin dan lain-lain. Tentunya, batik dirancang sesuai selera
pasar. Inovasi tersebut dilakukan agar
batik bisa bersifat fleksibel yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan
teknologi.
Transformasi
baju batik (Sumber: Contohmodelbajubatik.com/diolah)
Yang jelas, berbagai inovasi seni batik yang
ada tidak keluar dari ruhnya. Karena batik adalah kekayaan bangsa yang tidak
ternilai. Menurut Presiden Jokowi, batik
adalah kekayaan budaya bangsa sekaligus penggerak ekonomi sebagian rakyat
Indonesia. Karena itu, Presiden Jokowi mengajak semua warga masyarakat untuk
mendorong para pengrajin batik terus berkarya dengan ide-ide kreatif. Itulah
sebabnya generasi sekarang dituntut untuk melakukan inovasi dalam seni batik
agar tidak terkesan jaman dulu (jadul) atau kuno tetapi lebih modern.
Jadi, kalau orang
asing begitu mencintai batik dan merasa lebih cantik dalam penampilannya.
Bagaimana dengan kita? Sudah sepatutnya bahwa batik menjadi sebuah tradisi yang
akan menjadi ikon bangsa Indonesia. Kita harus bangga mengenakannya. Bahkan,
sebagai generasi bahwa kita perlu melakukan berbagai terobosan inovasi batik
demi kemajuan bangsa seiring meningkatnya teknologi. Jangan paksakan negara
lain untuk mencintai budaya kita, jika kita susah untuk mencintai budaya kita.
Siapa lagi yang bisa mencintai kalau bukan kita sendiri. Saya dan Presiden RI sudah
menunjukkan bahwa mencintai batik adalah langkah awal kemajuan budaya.
Sekarang, giliran anda. Mari, Cintailah
produk-produk Indonesia, kata sebuah kalimat iklan yang sering muncul di
televisi.
Referensi:
Admin. 2014. 22 November. Batik, Budaya Bangsa yang Diakui Dunia. Diambil
dari http://www.pusakaindonesia.org/batik-budaya-bangsa-yang-diakui-dunia/
_______. 2014. 14 November. Kenakan batik, Presiden Jokowi hadiri KTT
G20 di Australia. Diambil dari
https://www.merdeka.com/foto/peristiwa/458780/20141114140141-kenakan-batik-presiden-jokowi-hadiri-ktt-g20-di-australia-001-isn.html
_______. 2016. 18 Februari. Jokowi
Bangga Disambut Bos Google Pakai Kemeja Batik. Diambil dari
http://www.beritasatu.com/dunia/349977-jokowi-bangga-disambut-bos-google-pakai-kemeja-batik.html
Akhir, Dani Jumadil. 2016. 15 Januari. Presiden Jokowi: Dulu Batik Tidak Ada yang
Pakai. Diambil dari http://economy.okezone.com/read/2016/01/15/320/1288996/presiden-jokowi-dulu-batik-tidak-ada-yang-pakai
Isnaeni, Nadya. 2015. 2 Oktober. Hari Batik Nasional, saat Warisan Indonesia Diakui Dunia. Diambil
dari http://news.liputan6.com/read/2330816/hari-batik-nasional-saat-warisan-indonesia-diakui-dunia
Sari, Lanny. 2015. 11 Oktober. Membatik Tradisional Sejak Zaman Jepang
Hingga Sekarang. Diambil dari http://www.jendelaberita.com/2015/10/membatik-tradisional-sejak-zaman-jepang-hingga-sekarang/
Setia, Unoviana Kartika. 2015. 23
Oktober. Ini Dia Batik Iriana Jokowi yang
Bikin Ratu Denmark Terpesona. Diambil dari
http://lifestyle.liputan6.com/read/2347369/ini-dia-batik-iriana-jokowi-yang-bikin-ratu-denmark-terpesona
2 comments for "Batik Indonesia"
http://nusantaraholic.blogspot.co.id/2016/10/batikindonesia-inovasi-digitalisasi_4.html