Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERAN MASYARAKAT TERHADAP PROYEK ”UNDERPASS SIMPANG DEWA RUCI ” SEBAGAI SOLUSI MENGATASI KEMACETAN DI BALI



PERAN MASYARAKAT TERHADAP PROYEK
 ”UNDERPASS SIMPANG DEWA RUCI ” SEBAGAI SOLUSI
MENGATASI KEMACETAN DI BALI
Oleh Casmudi, S.AP 

         Selama lebih dari satu dasawarsa, pertumbuhan  jumlah penduduk di Pulau Bali sangat luar biasa. Hal ini disebabkan karena banyaknya investasi yang masuk pulau Bali dan merangsang datangnya kaum urban. Dampak yang terjadi dan terlihat adalah semakin meningkatnya kebutuhan transportasi unutk penduduk yang tinggal sementara atau permanen (menetap). Di lain pihak, kebutuhan akan jalan raya yang tidak seimbang dengan perkembangan jumlah kendaraan, baik pribadi atau angkutan umum (angkutan kota dan travel) yang ada mengakibatkan kemacetan dibeberapa ruas jalan raya di Pulau Bali.
         Perlu diketahui, perkembangan kemacetan lalu lintas terjadi di Kota Denpasar dan Pulau Bali bagian selatan (Kabupaten Badung), seperti daerah Kuta, Nusa Dua  dan sekitarnya.  Masyarakat membutuhkan insfrastruktur jalan yang memadai.  Infrastruktur jalan yang baik mampu menghubungkan beberapa daerah di Pulau Bali. Infrastruktur jalan merupakan salah satu pilar utama konektivitas, karena berperan sangat penting dalam aktivitas perpindahan barang dan jasa. Dua daerah yang terhubung dan juga daerah yang dilalui perpindahan barang dan jasa akan memiliki dampak terhadap perubahan perekonomian. Sehingga bisa disebut juga jalan menjadi salah satu faktor penting dalam pemerataan pembangunan. (bisa dilihat di http://litbang.pu.go.id/pedoman-peran-masyarakat-dalam-penyelenggaraan-jalan.balitbang.pu.go.id)

                                      

         Kemajuan Pembangunan di Pulau Bali telah menyebabkan berbagai dampak di antaranya adalah pemusatan kegiatan ekonomi urbanisasi dan kemacetan serta berbagai permasalahan sosial.  Kemacetan yang paling parah adalah terjadi di daerah Simpang Dewa Ruci atau yang dikenal dengan nama ‘Simpang Siur’.  Simpang Dewa Ruci ini merupakan pertemuan dari lima (5) persimpangan, yaitu:
1. Arah Timur          : simpang Pesanggrahan – simpang Kuta;
2. Arah Selatan       : simpang Kuta – Tugu Ngurah Rai;
3. Arah Barat          : Jalan Setiabudi;
4. Arah Utara         : Simpang Kuta – Banjar Taman; dan
5. Arah Timur laut   : Jalan Griya Anyar.

     
     Mobilisasi Penduduk yang pesat dari Kota Denpasar ke arah Selatan atau sebaliknya, lama-kelamaan menyebabkan kawasan ini menjadi krodit. Apalagi jika terjadi pada jam-jam sibuk. Kemacetan lalu lintas yang terjadi secara terus-menerus tanpa ada pemecahan mengundang kegelisahan dari berbagai kalangan. Pemerintah Provinsi pun tanggap dengan adanya kondisi tersebut. Peran masyarakat memberikan kontribusi besar terhadap kebijakan Pemerintah Provinsi Bali.  Masyarakat pun banyak yang memberikan komentar atas kegelisahannya melalui berbagai media, seperti melalui “surat pembaca” di koran lokal Bali.

        Menampung berbagai masukan dari masyarakat, menimbulkan wacana pembuatan jalan tambahan, yaitu dengan pembuatan jalan bawah tanah (underpass) di Simpang Dewa Ruci. Proyek tersebut disinyalir merupakan solusi yang terbaik untuk mengatasi kemacetan di Simpang Dewa Ruci. Pro kontra pun bermunculan. Masyarakat yang kontra menganggap, bahwa proyek tersebut akan menghilangkan keajegan Bali, menghilangkan taksu, serta mengesampingkan konsep Tri Hita Karana (keselarasan antara Manusia, Alam dan Tuhan). Dan yang paling heboh adalah adanya keinginan dari pihak tertentu untuk memindahkan keberadaan Patung Dewa Ruci yang merupakan ikon Pulau Bali ke tempat lain, seperti dipindahkan ke Kantor Gubernuran. Hal ini dikarenakan proyek underpass akan melewati tepat di bawah Patung Dewa Ruci. Masyarakat Bali menginginkan Patung Dewa Ruci berada tetap pada posisi semula.  

         
        Kementrian  Pekerjaan Umum (PU) memberikan wewenang kepada Badan Litbang PU melalui Pusat Litbang Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan (Pussosekling) menerbitkan sebuah pedoman yang berisi tentang pola pembagian peran masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan jalan. Pedoman ini mengatur keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan jalan agar lebih berdaya guna.  Oleh karena itu, pihak PU bersama kontraktor (PT. Adhi Karya, Tbk) mengambil langkah berani dengan membuat underpass alternatif yang menghubungkan Jl. By Pass Ngurah Rai dan Jl. Sunset Road. Kemudian Jl. By Pass Ngurah Rai yang terputus karena underpass, akan memutari Patung Dewa Ruci dan melewati jalan di atas underpass tersebut. Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek underpass Dewaruci Hendro Satrio mengungkapkan pembangunan underpass yang memiliki dua (2) jalur sepanjang 450 meter itu bertujuan mendukung kelancaran agenda APEC yang akan digelar bulan Oktober 2013 di Bali.  Dewaruci Hendro Satrio juga menjelaskan underpass Simpang Dewa Ruci diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas di Pulau Bali yang belakangan mulai mengalami kemacetan, karena posisi menjadi akses utama dari dan menuju kawasan wisata Kuta, Sanur, Nusa Dua, dan Bandara Internasional Ngurah Rai. 





       
       Masyarakat melalui wakilnya yang duduk di DPRD Bali selalu memantau dan mengawasi jalannya proyek tersebut. Proyek tersebut diperkirakan akan menelan biaya Rp. 500 miliar yang meliputi tahap sosialisasi kepada masyarakat, pembebasan lahan dan pengerjaan proyek. Dana tersebut diperoleh dari dana APBN yang dialokasikan multiyears sejak 2011 hingga 2013. Pembebasan lahan untuk proyek tersebut melibatkan pembebasan tanah milik 3 orang yang keberadaannya sedang di luar negeri. Pihak Pemerintah pun bergerak cepat untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis agar mempunyai kekuatan hukum dan tidak diungkit-ungkit di kemudian hari. Pagu anggaran untuk pembebasan lahan dialokasikan Rp. 78 miliar. Underpass Simpang Dewa Ruci dikerjakan selama 18 bulan sejak November 2011 hingga Mei 2013. Proyek yang digarap oleh PU dan PT Adhi Karya, Tbk itu nantinya terintegrasi dengan megaproyek lainnya yakni jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Tanjung Benoa yang dijadwalkan selesai pada Juni nanti.


         
         Masyarakat menyadari dalam menyikapi pelaksanaan proyek underpass Simpang Dewa Ruci, karena penutupan beberapa akses jalan. Kesadaran masyarakat membuahkan hasil dengan peresmian underpass Simpang Dewa Ruci menjelang Hari Kemerdekaan RI tanggal 15 Agustus 2013. Acara peresmian tersebut diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dan dihadiri oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Bupati Badung A.A Gde Agung dan pejabat penting lainnya. Menurut Gubernur Bali, pembangunan underpass Simpang Dewa Ruci adalah salah satu upaya untuk mengurai kemacetan yang terjadi di wilayah Simpang Dewa Ruci. “Dalam konteks yang lebih luas mewujudkan sistem transportasi yang handal dan berkesinambungan sebagai bagian dari upaya mendukung fasilitas transportasi dan pariwisata sehingga berpengaruh positif terhadap ekonomi masyarakat,” ujarnya. Ia menambahkan pembangunan underpass Simpang Dewa Ruci adalah salah satu upaya untuk mendukung pariwisata dan kegiatan ekonomi lainnya di Bali sekaligus mengantisipasi berbagai event internasional yang diselenggarakan di Bali khususnya tahun 2013 ini.





Referensi:





1 comment for "PERAN MASYARAKAT TERHADAP PROYEK ”UNDERPASS SIMPANG DEWA RUCI ” SEBAGAI SOLUSI MENGATASI KEMACETAN DI BALI "

Unknown June 24, 2015 at 4:05 PM Delete Comment
This comment has been removed by a blog administrator.