RITUAL PELEBON (KREMASI) PURI AGUNG UBUD-BALI MELIBATKAN RIBUAN MASYARAKAT
RITUAL
PELEBON (KREMASI) PURI AGUNG
UBUD-BALI
MELIBATKAN RIBUAN
MASYARAKAT
Oleh
Casmudi, S.AP
Siapa
yang tidak kenal Pulau Bali? Pulau Bali yang eksotis mendapatkan julukan “Pulau
dewata, Pulau seribu pura, Pulau Surga” menarik perhatian wisatawan baik
domestik atau mancanegara sampai sekarang. Setiap objek wisata yanga ada di Pulau Bali dikelola
secara baik dan professional. Hal itulah yang membuat pariwisata Bali tetap
naik secara signifikan. Apalagi, keberadaan “puri” (tempat tinggal bangsawan/keluarga raja) yang masih ada saat ini
menjadi fenomena menarik untuk dipelajari. Kuatnya pembagian triwangsa atau “kasta”
masih dipegang oleh masyarakat Hindu Bali, menjadikan “puri” menjadi panutan
masyarakat dalam melakukan ajaran agama
Hindu. Perlu diketahui, bahwa kalangan puri yang banyak ditempati wangsa ksatria yang merupakan kasta tinggi
dalam masyarakat Hindu Bali sangatlah dihormati.
Ratusan
karangan bunga terpasang di depan Puri Agung Ubud, Gianyar
Ritual
sakral puri yang paling menarik dan menjadi objek wisata adalah ritual pelebon/kremasi (pembakaran mayat) keluarga Puri Agung Ubud, Gianyar - Bali
yang selalu terkesan mewah dan melibatkan ribuan masyarakat. Tanggal 1 November 2013 merupakan acara puncak
ritual pelebon (kremasi) jenazah Tjokorda Istri Sri Tjandrawati (59 tahun),
istri dari Penglingsir/pemucuk (pemimpin
keluarga besar) Puri Ubud, Kabupaten Gianyar Tjokorda
Gde Putra Sukawati yang meninggal di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura
tanggal 14 Oktober 2013 pukul 09.50 wita. Ratusan karangan bunga pun terpasang
di depan Puri Agung, Ubud, Gianyar. Sebelum hari-H, yaitu acara puncak tanggal
1 November 2013, telah melewati berbagai
upacara sakral. Sedangkan, rangkaian upacara (Eedan Karya)
Pelebon Tjokorda Istri Sri Tjandrawati secara garis besar adalah: 1)
Pembaringan jenazah beserta upacara sakral lainnya di Puri Agung Ubud, dan 2)
Pembakaran jenazah/pelebon di setra (kuburan) Puri Dalem Peliatan, Ubud.
Upacara pembaringan jenazah mendiang yang didatangkan dari Singapura ke
Gedong Puri Ubud akan dilengkapi dengan barang-barang kesukaan mendiang selama
hidupnya seperti sisir, sikat gigi, dan cermin hias. Setiap hari, keluarga
mendiang membawakan sesajian dan suguhan berupa makanan dan minuman. Keluarga mendiang menganggap
bahwa mendiang masih “hidup”. Keluarga Puri Agung Ubud dibantu masyarakat bergotong -royong mempersiapkan berbagai
perangkat upacara pelebon, seperti bade pelebon (menara kremasi) yang
beratnya kurang lebih 6 ton dan
tingginya 26 meter dengan tumpang sia
(sembilan), lembu yang tingginya 7,5 meter yang akan dibakar bersama jenazah,
bebantenan (sesajian), dan sebagainya. Pengerjaan bade ini melibatkan sekitar
50-100 orang setiap harinya selama kurang lebih 15 hari sejak meninggalnya
mendiang.
Bade (menara kremasi) dengan tinggi
26 meter bertumpang 9
Lembu (tempat untuk membakar
jenazah) yang tingginya 7,5 meter
Sebelum acara puncak tanggal 1 November 2013 telah diadakan berbagai
upacara skaral diantaranya: upacara Nanceb, Nuasen lan Negtegan Karya yang bermakna memilih hari yang baik untuk
mempersiapkan seluruh keperluan upacara agar segala hal bisa berjalan lancar,
tanpa adanya halangan baik secara sekala maupun niskala. Upacara Ngingsirang
Layon (memindahkan jenazah) dari ruangan tempat beliau disemayamkan di
Gedong (yang merupakan ruangan tertutup) ke Bale Gede (bangunan terbuka). Selanjutnya
diadakan Upacara Mendak ke Pura Dalem
Puri lan Pura Dalem Ubud memohon ke
hadapan Sang Hyang Widhi yang berstana di Pura Dalem seandainya atma (roh) yang
meninggal masih dalam genggaman beliau agar bisa dibebaskan untuk bisa
diupacarai. Tak lupa diadakan upacara lainnya seperti Upacara Ngreka Kajang (kawitan
yang didapat dari pedanda dihias dengan berbagai macam bunga, uang kepeng, dan
kwangen berwujud manusia serta ditaburkan minyak wangi dan bunga harum) di Pamerajan
Agung (pura besar). Serta Upacara Ngening Ring Beji (mengambil air
suci) di sungai Campuhan dan Upacara Nyiramin
Layon (memandikan layon atau jenazah).
Pada hari Jumat, 1 November 2013 bade lan lembu
diupacarai/disucikan dulu sebelum
diusung ke setra (kuburan). Seluruh keluarga puri akan memberikan penghormatan terakhir
dan memberikan doa kepada mendiang. Sekitar pukul 12.50 WITA, bade dan lembu beserta perlengkapan upacara
lainnya diusung beramai-ramai menuju setra Pura Dalem Puri Peliatan, Ubud yang
merupakan tempat kremasi sejauh 900 meter. Karena betapa besar dan mewahnya
bade, maka sepanjang perjalanan jaringan kabel listrik disterilkan/dimatikan.
Hal ini sudah dikonfirmasi pihak puri dengan pihak PLN setempat. Bahkan ada
sejumlah lampu dan penerangan jalan yang rusak tertabrak bade. Pengusungan
ini dilaksanakan secara estafet oleh
beberapa kelompok dan akan digantikan oleh kelompok lainnya. Setiap kelompok
terdiri dari sekitar 300 orang. Pergantian pengusung secara estafet ini
merupakan lambang dari kerjasama dan peran-serta seluruh lapisan masyarakat
yang berasal dari berbagai banjar di Ubud. Di setiap pertigaan atau perempatan
jalan, bade akan diputar sebanyak tiga kali dengan maksud agar atma (roh) mendiang tidak kembali ke tempat
semula.
Warga se-Banjar Ubud bergotong-royong
membuat kerangka pengusung jenazah
Sesampainya di setra (kuburan) Pura Dalem Puri
Peliatan, jenazah dipindahkan dari bade
ke dalam lembu. Sebelum bade, lembu dan perangkat upacara pelebon lainnya
dibakar, diadakan tarian sakral untuk mengusir hal-hal yang tidak
diinginkan. Selanjutnya lembu beserta
jenazah yang ada di dalamnya, bade, dan perangkat upacara pelebon lainnya akan
dibakar hingga menjadi abu. Upacara pelebon Puri Agung Ubud tersebut telah
menyita perhatian media baik lokal, nasional maupun internasional. Bahkan
banyak pejabat tinggi yang menghadiri ritual pelebon Puri Agung Ubud tersebut,
di antaranya: Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik, anggota DPD
RI Kadek Arimbawa, Kapolda Bali Arif
Wahyunadi, Pangdam Udayana Bawa Tenaya, Pimpinan DPRD Bali, Pimpinan DPRD
Gianyar, Sekda Gianyar, Penglisir Puri se-Bali, Pimpinan KMB Satria Naradha,
hingga semua tokoh masyarakat Bali dan Kabupaten Gianyar. Setelah proses
kremasi selesai, dilakukan upacara Nuduk
Galih (mengumpulkan sisa-sisa tulang untuk diupacarai yang selanjutnya dilarung ke laut (Pantai Matahari Terbit)
di Sanur. Ritual yang benar-benar agung dan melibatkan partisipasi ribuan
masyarakat dan menjadi kearifan lokal masyarakat Hindu Bali yang lestari dan
tujuan wisatawan.
Tarian sakral sebelum pembakaran
jenazah dan perangkat upacara lainnya
Pembakaran bade dan lembu (bersama
jenazah didalamnya)
1 comment for "RITUAL PELEBON (KREMASI) PURI AGUNG UBUD-BALI MELIBATKAN RIBUAN MASYARAKAT"