GAME ONLINE, ADA “KEJAHATAN” DI BALIK HOBI
GAME ONLINE, ADA “KEJAHATAN” DI BALIK HOBI
Oleh Casmudi, S.AP
Game
online, jenis permainan di dunia
maya yang bisa dijangkau oleh semua orang dari seluruh negara tanpa batas dan
waktu. Berbagai jenis permainan pun ditawarkan
seperti: Point Blank, Cross fire, Dragon Nest, Lost Saga, Ayo Dance dan
lain-lain.
Semua permainan yang ditawarkan
memberikan hiburan atau hobi yang luar biasa. Bahkan, dalam permainan jenis
“Point Blank” yang kesohor, memanjakan para gamer
(penggemar game online) dengan sistem pangkat
layaknya dalam dunia militer. Semakin tinggi pangkatnya sang gamer, maka mereka
akan semakin disegani atau dihormati dalam jagat game online.
Jangan kaget, untuk sampai kepada pangkat Jendral perlu waktu bertahun-tahun. Kadang
jika sang gamer sudah sampai pangkat tinggi atau jendral, mereka bisa menjual
pangkatnya tersebut ke orang lain. Tentunya dengan uang yang menggiurkan.
Sungguh dunia yang memukau bagi siapa saja (baca: semua umur).
Kata teman saya, ternyata jaringan
bisnis game online lebih dahsyat dari
bisnis telekomunikasi. Entah benar atau tidak. Tetapi secara logika, bagi saya
memanglah demikian. Dalam game online banyak dijual item atau karakter
permainan layaknya membeli pulsa isi ulang. Apalagi jenis-jenis permainan baru
dan perlombaan game online sering diluncurkan.
Saya memahami sekali bahwa jenis permainan
yang ditawarkan dalam game online mampu memberikan keuntungan, rasa kepuasan
atau menyalurkan hobi. Pengusaha warung game online pun mampu meraup keuntungan
hingga puluhan juta perbulan. Dengan
kata lain, sebagai ladang bisnis yang
menggiurkan.
Game online mampu membuat seseorang
atau anak lihai dalam melatih
pola berpikir, reflek. Serta game online bisa menjadi ajang untuk menghasilkan
uang dengan mengikuti berbagai even atau pertandingan. Ada juga yang menjual
item dan karakter di game.
Namun di balik sisi sedapnya game online,
timbul berbagai dampak negatif. Perlu diingat … sisi positif dari game online
lebih kecil dari sisi negatifnya. Saya menyaksikan sendiri anak-anak SD sepulang
sekolah yang sedang bermain game online di sebuah warung game online (karakter
kekerasan/peperangan) berubah menjadi orang yang sangat dewasa.
Mereka memainkannya dengan
teriak-teriak dan kadangkala diimbangi kata-kata kotor (penghuni kebon binatang
keluar semua nih). Bahkan, maaf
kata-kata yang berhubungan seksualitas diumbar begitu bebas tanpa tedeng
aling-aling. Sungguh kenyataan yang membuat saya mengelus dada. Anak-anak lebih
cepat dewasa sebelum usianya.
Pada hari libur atau minggu, warung game online di dekat tempat tinggal
saya memberikan dampak yang luar biasa dalam memahami kecepatan waktu. Pagi-pagi,
karena takut keduluan dengan orang lain (tidak kebagian tempat duduk), anak-
anak mau antri di warung game online
tersebut 2 jam sebelum buka. Padahal waktu masih gelap. Luar biasa!!
Dan fakta membuktikan, kecanduan bermain game online juga mampu membuat
anak malas untuk belajar atau memahami pelajaran di sekolahnya. Mereka lebih
peduli dengan permainan di game online
dibandingkan dengan mempelajari kembali pelajaran yang telah diajarkan di
sekolah.
Kecanduan bermain game online
seperti kecanduan kepada narkotika. Kita memahami, bahwa kecanduan tersebut
mampu berujung pada tindak kejahatan. Masalahnya, ketika sang anak ingin
bermain game online dan tidak punya uang, maka anak akan melakukan segala cara,
termasuk berbuat kriminal (kejahatan).
Tindak kejahatan game online dapat
dibuktikan apa yang diungkapkan oleh Koordinator Yayasan Sahabat Kapas, Dian
Sasmita (www.tempo.com) mengatakan, bahwa pada tahun 2012 dalam enam bulan
terakhir, di Surakarta (Jawa Tengah) ada
tujuh anak yang melakukan pencurian demi bisa bermain game online. Hal ini diakibatkan seperti anak yang ingin meneruskan permainan padahal
tidak punya uang. Akhirnya pelampiasannya, anak bisa terdorong melakukan tindak
kejahatan seperti mencuri.
Saya pernah melihat acara di salah satu stasiun televisi swasta yang
mengupas sisi gelap dari permainan game online. Anak-anak berani mencuri uang
atau perhiasan orang tuanya hanya untuk bermain game online hingga berjam-jam
sampai lupa makan dan tidur yang cukup. Padahal besoknya, mereka harus sekolah.
Karena banyak warung game online yang buka 24 jam.
Kecanduan game online juga
membuat anak-anak menjadi terisolasi. Karena mereka menghabiskan waktunya
berjam-jam di depan layar komputer untuk bermain game online. Gaya hidup mereka
kadangkala meniru apa yang terlihat dalam game online. Seperti, mereka mulai
berani terhadap orang tua (membantah, tidak mendengar perintahnya dan
lain-lain). Yang lebih mengerikan adalah pemborosan uang karena mereka mau
mengorbankan apa saja yang dimilikinya, dari uang saku, uang kebutuhan sekolah
sampai benda kesayangannya bisa dijual.
Jadi, mari membuka mata bahwa
menyikapi game online secara bijak akan mencegah anak-anak kita terhadap tindak
kejahatan. Mengawasi anak-anak kita dari dampak tindak kejahatan yang
dirimbulkan dari game online merupakan langkah terbaik sebelum terjadi.
Permainan game online tidaklah
salah. Karena di balik game online ada keuntungan dan kepuasan berlipat-lipat. Yang salah adalah jika kita sampai
ketagihan yang sulit dibendung. Syahwat untuk bermain game online akhirnya di
luar dari akal sehat. Uang tiak ada, kejahatan akhirnya dilakukan. Mengutip
perkataan yang sering diucapkan oleh poilitisi Sutan Bathoegana yaitu : ngeri-ngeri sedap! Sungguh sedap game
online itu, tetapi sungguh ngeri dampaknya. Salam Indonesia!
Referensi:
“WIDGET
#MOJOKAWARD”
Post a Comment for "GAME ONLINE, ADA “KEJAHATAN” DI BALIK HOBI"