PENCAPRESAN JOKOWI DAN SENTIMEN PASAR
PENCAPRESAN
JOKOWI DAN SENTIMEN PASAR
Oleh
Casmudi, S.AP
Dalam politic practice, hari Jum’at, 14 Maret 2014 lalu merupakan hari
yang bersejarah bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sosok Jokowi secara
resmi dideklarasikan sebagai Capres 2014. Pencapresan tersebut merupakan mandat
yang dikeluarkan melalui Surat Perintah Harian yang dibacakan oleh Ketua Badan
Pemenangan Pemilu (Bapilu) Puan Maharani di kantor pusat PDI-P Lenteng Agung,
Jakarta. Acara tersebut diadakan secara sederhana tanpa hingar-bingar layaknya
pencapresan Presiden yang terkesan mewah.
Perintah Harian Ketua Umum PDI
Perjuangan yang berisi “Perintah Harian,
Merdeka! Saya Ketua Umum Partai Demokrasi Perjuangan. Kepada seluruh rakyat
Indonesia yang mempunyai mata hati keadilan dan kejujuran di manapun kalian
berada! Dukung Bapak Joko Widodo sebagai capres dari Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan. Jaga dan amankan jalannya pemilu legislative terutama di TPS-TPS
dan proses penghitungan yng berjalan dari segala bentuk kecurangan dan
intimidasi, teguh dan tegarkan hati dalam mengawal demokrasi di Republik
Indonesia tercinta” merupakan isu penting demokrasi Indonesia menjelang
kampanye terbuka Pemilu 2014. Sementara Gubernur Jokowi yang menerima mandat
tersebut sedang berada di Masjid Si Pitung, Marunda, Jakarta langsung menggelar
jumpa pers dengan menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan mandat yang
diberikan tersebut. “Saya telah mendapatkan mandat dari Ketua Umum PDI
Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk menjadi capres dari PDI Perjuangan,”
katanya.
Memang, pencapresan Jokowi
memberikan kegembiraan kepada masyarakat Indonesia alias Jokowi effect. Bahkan, pasar saham dan rupiah diduga menguat dengan
adanya berita pencapresan tersebut. Pada pukul 15.18, IHSG keluar dari zona
merah dan menguat signifikan sebesar 0,73 persen atau 34,84 poin di posisi
4.761. Padahal sebelum pengumuman tersebut, indeks sepanjang perdagangan terus
tenggelam di zona merah. Dengan kata lain, pasar langsung bergairah, meskipun
jelang penutupan akhir pekan. Nilai perdagangan cukup besar hingga Rp 11
triliun dengan volume mencapai 5,96 miliar lot saham. Saham-saham yang menjadi
penguat bursa adalah Bank Mandiri (BMRI) (Rp 9.575), Bank BRI (BBRI) (Rp
9.575), Bank BCA (BBCA) (Rp 10.775), Semen Indonesia (SMGR) (Rp 15.450) dan Bank
BNI 46 (BBNI) (Rp 4.985) (www.simomot.com).
Ditambah lagi dengan tingginya perdagangan
yang didongkrak transaksi pembelian 919,26 juta saham Bank Tabungan Pensiunan
Nasional (BTPN) senilai Rp. 5,9 triliun (Jawa
Pos, 15 Maret 2014).
Banyak kalangan memprediksi, bahwa
pencapresan Jokowi memberikan kepercayaan investor asing untuk menanam sahamnya
di Indonesia. Tetapi lain halnya berbeda dengan pernyataan Menteri Keuangan. Menurut Menteri
Keuangan, Chatib Basri mengatakan, “indeks saham regional Jumat (pen. 14 Maret 2014) kemarin bervariasi.
Sehingga penguatan IHSG kemarin cerminan dan sentiment lokal yang kuat sekali.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa penguatan IHSG adalah sentimen positif lokal.
Bisa jadi efek dari Jokowi, karena mungkin bisa dilihat ada lagi nggak selain
itu dari lokal” (NusaBali, 17 Maret 2014).
Bahkan menurut Menteri Keuangan menegaskan bahwa pengaruh eksternal (seperti pengaruh arus modal asing) tidak ada,
karena ditunjukkan oleh nilai tukar rupiah yang menguat sedikit 30 poin menjadi
Rp. 11.356/dollar US. Apalagi adanya efek
eksternal yang dimaksud adalah antara lain data perekonomian China yang
merevisi ke bawah pertumbuhan ekonominya sehingga berdampak pada impor minyak
kelapa sawit mentah (CPO) dan ketegangan di Crimea antara Ukraina dan Rusia (www.tribunnews.com).
Apalagi, Detik.com melansir dalam beritanya, bahwa keesokan harinya
setelah pengumuman pencapresan Jokowi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun
tipis 2 poin akibat aksi ambil untung investor lokal. Membuka perdagangan pagi
tadi, IHSG naik 8,716 poin (0,18%) ke level 4.887,359 terkena euforia Jokowi Effect. Indeks sudah naik
tinggi sehingga terjadi aksi ambil untung (taking
profit) dan membuat indeks jatuh ke zona merah. Apalagi menurut Yanuar Rizky
(pengamat pasar modal) dalam blognya mengatakan, bahwa menguatnya IHSG dan
rupiah, semata-mata bukan karena pencapresannya Jokowi (bisa lihat di: http://rizky.elrizky.net/323).
Bahkan, menurut Menteri Keuangan, bahwa menguatnya rupiah disebabkan karena
tren yang sudah terjadi sebulan lalu (NusaBali,
17 Maret 2014).
Entah benar atau tidak, saya hanyalah rakyat biasa yang sedang menikmati
indahnya permainan politik negeri ini
dan berharap Presiden mendatang adalah sosok yang mengemban karakter jujur (shidiq), mengemban atau bertanggung
jawab pesan rakyat (amanah),
menyampaikan aspirasi rakyat (tabligh),
dan cerdas dalam memimpin (fathanah).
Salam Indonesia!
Denpasar, 18 Maret 2014
#jujurituindah #kotaindahpenuhinspirasi
Post a Comment for "PENCAPRESAN JOKOWI DAN SENTIMEN PASAR"